Agenda : 1 Juli 2012, Ahad malam Senin Pahing, Bakti Sosial Menyambut Ramadhan Yayasan Fathul Hidayah dan Pengajian Rutin Selapanan Majelis Ahbaabun Nabi bersama Kyai Nafian Ali Maliki - Karanganyar di Kediaman Ketua Yayasan, Dk. Jengglong, Ds. Waru, Kec. Kebakkramat, Kab. Karanganyar.

Sabtu, 24 Maret 2012

Kader IPNU-IPPNU harus Kawal Aswaja dan NKRI

Kudus, NU Online
Ketua PCNU Kudus KH Chusnan mengatakan kader IPNU-IPPNU harus memiliki kesiapan untuk mengawal ideologi Ahlussunah wal Jama'ah (aswaja) dan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
“Pengawalan ini sebagai langkah menjaga integritas kader agar tetap kukuh ideologinya dan semangat nasionalismenya,” ujarnya saat membuka Rapat Kerja Cabang PC IPNU-IPPNU Kudus di kampus Akbid Muslimat NU Jl. Lambao Bae, Jum’at (23/3).
 
Disamping itu, KH Chusnan mengajak IPNU-IPPNU memahami posisinya yang sangat strategis dan signifikan dalam menyiapkan proses pengkaderan NU.
 
"IPNU-IPPNU merupakan kader terkecil dalam tubuh NU. Ansor dan Fatayat merupakan kader lanjutan. Nasib NU pada masa datang ada di tanganmu,” tandasnya.
 
Ia juga mengingatkan kader untuk selalu memperkuat rasa optimisme dalam berjuang menjalankan amanah organisasi terutama merealisasikan program-programnya.
 
“Tanamkan optimisme dalam diri kader sehingga perjuangan maupun programnya bisa meraih kesuksesan,” tegasnya.
 
Terkait penyusunan program, KH Chusnan berharap program IPNU-IPPNU ke depan  lebih kreatif dan inovatif. “Kalau bisa tidak hanya terpaku pada program warisan  pengurus sebelumnya, melainkan ada program baru yang lebih bagus,” tandasnya.
 
Dalam Rapat Kerja ini, ratusan peserta dari masing-masing departemen PC IPNU-IPPNU Kudus sangat antusias menyusun program kerja selama tiga tahun sesuai periode kepngurusan 2011-2013 yang semuanya menjadi  pengurus cabang IPNU-IPPNU dan delegasi dari Sembilan Pimpinan anak cabang se-Kudus penuh antusias mereka merencanakan program kerja selama tiga tahun sesuai masa periodisasi kepenguruan 2011-2013.
 
Ketua PC IPNU Kudus Dwi Saifullah program kerja yang telah direncanakan akan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pelajar. Disamping itu, IPNU-IPPNU ke depan akan memperkuat  m kembali nilai trilogy Belajar Berjuang dan Bertaqwa.
 
"Selama ini, trilogi banyak terkikis. Maka, kita perlu meneguhkan kembali trilogi juang itu," tuturnya dalam sambutan mewakili PC IPNU IPPNU Kabupaten Kudus.
 
Sementara di tempat terpisah, PC Fatayat NU Kudus juga mengadakan Rapat Kerja Cabang di Kantor NU, Jum’at (23/3). Acara yang dibuka  ketua cabang sendiri Karyati Inayah ini menyusun program kerja selama 5 tahun  pada periode 2012-2017.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Qomarul Adib

Kamis, 22 Maret 2012

Sirah Nabawiyah (1), Kelahiran Nabi Saw



Nasab Kelahiran dan Penyusuan Nabi Saw
Nasabnya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib ( namanya Syaibatu al-Hamid) bin Hisyam bin Abdi Manaf ( namanya al-Mughirah) bin Quraisy (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan.

Itulah nasab Rasulullah saw yang telah disepakati. Selebihnya dari yang telah disebutkan di atas masih diperselisihkan. Tetapi hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah, bahwa Adnan termasuk anak Isma’il, Nabi Allah,bin Ibrahim, kekasih Allah. Dan bahwa Allah telah memilihnya (Nabi saw) dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama. Tak sedikitpun dari karat-karat jahiliyah yang menyusup ke dalam nasabnya.
Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah saw,beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Isma’il dan memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy dan memilihku dari Bani Hasyim.”
Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tahun gajah, yakni tahun dimana Abraham al-Asyram berusaha menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Lalu Allah menggagalkan dengan mu’jizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam al-Qur’an. Menurut riwayt yang paling kuat jatuh pada hari senin malam 12 Rabi’ulawal.
Ia dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya Abdullah meninggal ketika ibunya mengandungnya dua bulan. Lalu ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muththalib, dan disusukannya sebagaimana tradisi Arab waktu itu kepada seorang wanita Bani Sa’d bin Bakar, bernama Halimah binti Dzu’aib.
Para perawi Sirah telah sepakat bahwa pedalaman Bani Sa’d pada waktu itu sedang mengalami musim kemarau yang menyebabkan keringnya ladang peternakan dan pertanian. Tidak lama setelah Muhammad berada di rumah Halimah, tinggal di kamarnya dan menyusu darinya, menghijaulah kembali tanaman-tanaman di sekitar rumahnya, sehingga kambing-kambingnya pulang kandang dengan perut kenyang dan sarat air susu.
Selama keberadaan Nabi saw dipedalaman Bani Sa’d terjadilah peristiwa pembelahan dada sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim kemudian ia dikembalikan kepada ibunya setelah genap berumur lima tahun.
Ketika sudah berumur enam tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Kemudian berada dalam asuhan kakeknya, Abdul Muththalib. Tetapi setelah genap berusia delapan tahun, ia ditinggal oleh kakeknya. Setelah itu dia diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
[Disalin dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press.]

Ya Rasul Salam ‘Alaika

By: Habib Jindan Naufal bin Jindan
Habib Jindan Naufal bin Jindan
Rasulullah Shallallahu alihi wa alihi wa sohbihi wa sallam merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah. Bahkan Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih dicintai dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Ini merupakan suatu hal yang pasti dan disepakati tanpa ada keraguan sama sekali. Bahkan merupakan suatu ijma’ ulama ahli sunnah wal jama’ah bahwa Tanah yang menghimpit jasad Rasulullah di dalam kuburnya, merupakan tanah yang paling mulia, bahkan lebih mulia dari surga, arsyi dan kursy.

Maka betapa Allah ta’ala mendidik ummat untuk mengagungkan dan menghormati kekasih dan utusannya ini, sehingga Allah menurunkan banyak ayat di dalam AlQuran yang isinya memuji Rasulullah dan menunjukkan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Firman Allah : Sungguh engkau (wahai Muhammad) berada di atas suatu budi pekerti yang amat luhur. Padahal yang mengajarkan budi pekerti kepada ArRasul tidak lain dan tidak bukan adalah Allah Ta’ala, bersabda Rasulullah : Tuhan ku telah mengajarkan akhlak dan adab kepadaku, dan sangat sempurna di dalam mendidikku. Berkata ‘Aisyah : Akhlak Rasulullah adalah AlQuran.
Maka di bulan Rabiul Awwal, haruslah seorang mu’min mengagungkan bulan yang mulia ini, sebagai lambang pengagungannya terhadap Rasul. Sebab bulan ini merupakan bulan kelahirannya Rasulullah.
Di dalam hadist disebutkan akan sikap Rasulullah terhadap hari kelahirannya, sehingga disebutkan bahwasanya Beliau ditanya mengapa berpuasa di hari senin ? Maka dijawab : Di hari senin itulah aku dilahirkan dan diutus oleh Allah Ta’ala. Rasul pun merayakan hari kelahirannya sendiri.
Ulama di dalam menjelaskan hadist ini mengatakan bahwa perayaan atas kelahiran Rasulullah merupakan hal yang telah dilakukan sejak masa beliau bahkan oleh beliau sendiri, akan tetapi cara merayakannyalah yang berbeda. Sehingga Rasul merayakannya dengan berpuasa, ada pula yang merayakannya dengan memberi makan kepada orang banyak, ada pula yang merayakannya dengan berdzikir dan bersolawat kepada beliau.
Yang jelas bahwa kegembiraan dengan kelahiran Nabi Muhammad merupakan hal yang dianjurkan dalam islam. Allah berfirman : Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah dengan hal tersebut. Dan tanpa diragukan bahwa Rasul merupakan rahmat Allah yang terbesar, Dan tidaklah kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi sekalian Alam.
Adapun pujian terhadap Nabi Muhammad merupakan satu hal yang dilakukan oleh sahabat bahkan di hadapan Rasulullah. Di banyak hadist disebutkan bahwa banyak orang orang dan penyair yang datang kepada Rasul dan mengucapkan syair yang berisikan pujian terhadap Rasulullah, maka Rasul pun menyambut mereka dan menghormati mereka serta menyambut baik atas pujian mereka.
Sebab beliau tahu bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ridho beliau, yang mana mencari ridho Rasul merupakan jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah ta’ala. Dan mereka para sahabat Rasulullah, bagaimana mereka tidak memuji Rasulullah, sedangkan Allah sendiri memuji ArRasul shallallahu alaihi wasallam.
Kegembiraan terhadap kelahiran Rasul merupakan hal yang baik di dalam syariat, bahkan mengenang kisah kelahiran Nabi atau Rasul merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Allah dalam AlQuran.
Sehingga di dalam AlQuran Allah menceritakan tentang kelahiran Nabi Isa alaihi salam, juga tentang kelahiran Nabi Musa alaihi salam. Yang mana Allah menceritakan itu semua secara mendetail. Apabila Allah menceritakan kisah kelahiran mereka para Nabi, maka mengapa kita tidak boleh mengenang kisah kelahiran Pemimpin sekalian Nabi dan Rasul ?
Rasulullah menceritakan bahwa Allah ta’ala meringankan adzab terhadap Abu Lahab di neraka pada setiap hari senin, di karenakan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad sehingga ia membebaskan budaknya yang bernama Ummu Aiman yang membawa kabar gembira tersebut kepadanya. Hadist ini disebutkan di dalam Sohih al Bukhori.
Padahal Abu Lahab adalah seorang yang kafir yang disebutkan akan kebinasaannya di dalam AlQuran, sehingga turun surat khusus untuk menceritakan tentang kebinasaannya. Akan tetapi Allah tidak melupakan kegembiraannya dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga meringankan adzab baginya setiap hari senin, hari kelahiran Rasulullah.
Maka bagaimana halnya dengan seorang hamba yang mu’min, yang seumur hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah dan meninggal dalam keadaan Islam ? Pastilah derajat yang besar bagi mereka, firman Allah : Katakanlah (hai Muhammad) bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah dengan hal itu, itu (kegembiraan kalian) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. Kegembiraan dengan rahmat dan karunia Allah dituntut oleh AlQuran, dan kegembiraan tersebut lebih mahal dan lebih berharga dari apa yang dikejar kejar dan dikumpulkan manusia baik itu harta ataupun kedudukan.
Karena itu hendaknya kita memperkuat hubungan kita dengan Rasulullah, dengan menghidupkan sunnah beliau, mengenal riwayat hidup beliau, menanamkan kecintaan terhadap beliau dalam lubuk hati kita serta keluarga kita, menjadikan Rasulullah sebagai idola yang tertinggi dan paling dekat dengan umat islam, serta memperbanyak solawat kepada beliau.
Telapak tangan beliau lebih halus dari sutera, lebih lembut dari kapas dan lebih wangi dari misik. Wangi telapak tangannya menempel pada setiap benda yang disentuhnya. Berkata salah seorang sahabat : Pada saat Nabi memimpin salat dhuhur orang orang memegang telapak tangan Rasululah dan menyentuhkan ke muka mereka, aku juga memegang tangan beliau dan menempelkan ke mukaku dan aku merasakan tangan beliau lebih dingin dari es dan berbau lebih wangi dari parfum. (Riwayat Abu Juaifa Shahih Bukhari).
Semoga Allah tidak mengharamkan tangan kita yang kotor dengan kemaksiatan ini, untuk menyentuh dan menyalami tangan yang paling mulia tersebut, amiin.